Sabtu, 26 November 2011

TEORI KEPEMIMPINAN


            Istilah pemimpin, memimpin dan kepemimpinan berasal dari kata dasar yang sama, yaitu pimpin. Namun ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu lakon atau peran dalam system tertentu, karena itu seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu bisa memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang, oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
            Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
   
a.    Menurut George Terry, Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok.
   
b.    Menurut Cyriel O'Donnell, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.

A.    Teori Timbulnya Kepemimpinan

Di antara berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab timbulnya kepemimpinan terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu :
1. Teori Keturunan (Heriditary Theory)
2. Teori Kejiwaan (Psychological Theory)
3. Teori Lingkungan (Ecological Theory)

Masing – masing teori dapat dikemukakan secara singkat :

1. Teori Keturunan
Inti daripada teori ini, ialah :
a.       Leaders are born not made.
b.      Seorang pemimpin menjadi pemimpin karena bakat – bakat yang dimiliki sejak dalam kandungan.
c.       Seorang pemimpin lahir karena memamng ditakdirkan. Dalam situasi apapun tetap muncul menjadi pemimpin karena bakat-bakatnya.
2. Teori Kejiwaan.
a. Leaders are made and not born.
b. Merupakan kebalikan atau lawan dari teori keturunan.
c. Setiap orang bias menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup.

3. Teori Ekologis
a. Timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori social.
b. Seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin, apabila pada waktu ahir telah memiliki bakat, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman.
c. Teori ini memanfaatkan segi-segi positif teori genetis dan teori social.
d. Teori yang mendekati kebenaran.

Teori Kepemimpinan Berdasarkan Tingkah Laku

Dengan memusatkan pada ciri-ciri dan gaya yang dimiliki oleh setiap pemimpin yang bersangkutan, mereka yakin akan berhasil dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Sehingga gaya dan ciri-ciri tersebut akan menimbulkan berbagai tipe.

Ada beberapa tipe kepemimpinan.

1. Tipe Otoriter

Tipe ini mempunyai sifat-sifat:
a. Semua kebijaksanaan ditentukan oleh pemimpin
b. Organisasi dianggap milik pribadi pemimpin
c. Segala tugas dan pelaksanaannya ditentukan oleh pemimpin .
d. Kurang ada partisipasi dari bawahan .
e. Tidak menerima kritik, saran dan pendapat bawahan .

2. Tipe Demokratis
a. Semua kebijaksanaan dan keputusan dilakukan sebagai hasil diskusi dan musyawarah .
b. Kebijaksanaan yang akan dating ditentukan melalui musyawarah dan diskusi.
c. Anggota kelompok, bebas bekerjasama dengan anggota yang lain, dan berbagai tugas diserahkan kepada kelompok .
d. Kritik dan pujian bersifat objektif dan berdasarkan fakta-fakta .
e. Pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan sebagai anggota biasa .
f. Mengutamakan kerjasama .

3. Tipe Semuanya
a. Kebebasan diberikan sepenuhnya kepada kelompok atau perseorangan di dalam pengambilan kebijaksanaan maupun keputusan .
b. Pemimpin tidak terlibat dalam musyawarah kerja .
c. Kerjasama antara anggota tanpa campur tangan pemimpin .
d. Tidak ada kritik, pujian atau usaha mengatur kegiatan pemimpin .
Di samping ketiga gaya kepemimpinan diatas Sondang P.Siagian, MPA.,Ph.D. mengemukakan tipe pemimpin yang lain, ialah:

4. Tipe Militeristis
a. Lebih sering mempergunakan perintah terhadap bawahan .
b. Perintah terhadap bawahan sangat tergantung pada pangkat dan jabatan .
c. Menyenangi hal-hal yang bersifat formal .
d. Sukar menerima kritik .
e. Menggemari berbagai upacara .

5. Tipe Paternalistik
a. Bersikap melindungi bawahan .
b. Bawahan dianggap manusia yang belum dewasa .
c. Jarang ada kesempatan pada bawahan untuk mengambil inisiatif .
d. Bersikap maha tahu .

6. Tipe Karismatis
a. Mempunyai daya tarik yang besar, oleh karenanya mempunyai pengikut yang besar .
b. Daya tarik yang besar tersebut kemungkinan disebabkan adanya kekuatan gaib (supernature) .

Disamping teori yang telah dikemukakan diatas, ada teori lain yang Dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam artikelnya yang berjudul “What Kind of Manager”.
Ada tiga pola dasar yang dapat dipakai untuk menentukan watak atau tipe seorang pemimpin. Ketiga pola dasar tersebut :
1. Berorientasi tugas (task orientation).
2. Berorientasi pada hubungan kerja (Relationship orientation).
3. Berorientasi pada hasil (effectiveness orientation).

Berdasarkan sedikit banyaknya orientasi atau penekanan ketiga hal diatas pada diri seorang pemimpin akan dapat ditentukan delapan tipe pemimpin masing-masing ialah:
1. Deserter
2. Bureaucrat
3. Missionary
4. Developer
5. Autocrat
6. Benevolent autocrat
7. Compromiser
8. Executive


Dari adanya berbagai teori kepemimpinan seperti diatas, dapat disimpulkan bahwa teori kepemimpinan mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Referensi


Senin, 07 November 2011

KONFLIK INTRA PERORANGAN

          Konflik berasal dari kata latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha untuk menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
            Faktor-faktor penyebab konflik :
a.       Perbedaan Individu
b.      Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda
c.       Perbedaan kepentingan
d.      Perubahan nilai yang cepat dalam masyarakat.
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
  • Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi)
  • Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
  • Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir
  • Konflik antar satuan nasional
  • Konflik antar atau tidak antar agama
  • Konflik antar politik.
Dalam tulisan ini saya akan membahas mengenai konflik intra perorangan atau intrapribadi.
            Konflik intraperorangan adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan dan tak mungkin dipenuhi sekaligus.
            Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal :
a.       1. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
b.      2. Konflik pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menyulitkan.
c.       3. Konflik penghindaran-peghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang memiliki nilai positif dan negatif sekaligus.
Salah satu kondisi yang menggambarkan konflik intraperorangan, misalnya seorang karyawan yang dipindahtugaskan ke luar kota dengan diiming-imingi gaji yang besar. Namun dilain hal ia harus berpisah/berjauhan dengan keluarganya. Situasi tersebut termasuk dalam konflik penghindara-penghindaran karena memiliki nilai positif dan negatif. Nilai positifnya adalah ia akan mendapatkan gaji yang lebih besar dari sebelumnya. Nilai negatifnya adalah ia harus berjauhan dengan keluarganya.
Untuk mengatasi masalah seperti diatas, langkah awal adalah mengintropeksi diri. Hal ini berguna untuk mengukur seberapa kekuatan dan kemampuan kita dalam menyelesaikan konflik. Langkah kedua adalah mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi kepentingan apa saja yang dimiliki pihak yang terlibat. Dalam kasus diatas pihak-pihak yang terlibat adalah keluarga dan pekerjaan itu sendiri. Pilihan tindakan ada pada pribadi itu sendiri dan dari masing-masing tindakan memiliki konsekuensi. Maka dalam sebuah tindakan harus dipikirkan dengan matang.